ALINEA ATAU PARAGRAF
- JENIS TULISAN DALAM LARAS ILMIAH
"Sebagai mahasiswa tentunya harus memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Mahasiswa
tentunya harus memiliki bekal, seperti keterampilan menulis atau keterampilan
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dalam menggunakan ejaan yang
benar, memilih kata dan istilah yang tepat, serta menyusun kalimat
efektif. Selain itu mahasiswa juga harus mampu membuat ide pokok yang
jelas dalam sebuah paragraf dan menyusun paragraf menjadi kohesif dan koheren
sehingga mahasiswa dituntut memiliki pemikiran yang logis. Oleh karena
itu, berikut ini dikemukakan tentang konsep dasar mengenai fungsi dan
bahasa keilmuan, ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah."
Dalam paragraf di atas terdapat beberapa kalimat yang tidak
menggunakan bahasa indonesia ilmiah. Kalimat tersebut yaitu:
“Mahasiswa tentunya harus memiliki bekal, seperti
keterampilan menulis atau keterampilan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan.” kalimat tersebut tidak efektif. Kesalahan tersebut terlihat
dalam penggunaan kata “atau” sehingga kalimat tersebut menjadi boros tidak
sesuai dengan kaidah penulisan kalimat efektif.
“Dalam menggunakan ejaan yang benar, memilih kata dan
istilah yang tepat, serta menyusun kalimat efektif.” kalimat tersebut
tidak memenuhi persyaratan penggunaan kalimat efektif secara benar,
sehingga informasi yang disusun penulis tidak tersampaikan dengan baik
kepada pembaca.
Setelah kalimat di atas di revisi, berikut paragraf yang
benar:
"Mahasiswa harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Salah satu bentuk keterampilan
tersebut adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan kemampuan
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis sebuah karya ilmiah
harus menggunakan EYD dengan benar, memilih kata dan istilah dengan tepat,
serta menyusun kalimat efektif. Mahasiswa juga harus mampu membuat ide
pokok yang jelas dalam sebuah paragraf, menyusun paragraf menjadi kohesi dan
koheren. Mahasiswa dituntut memiliki pemikiran yang logis. Oleh karena itu,
berikut ini dikemukakan tentang konsep dasar fungsi bahasa
keilmuan dan ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah."
- EKSPOSISI, ARGUMENTASI, NARASI, DESKRIPTIF
1. Paragraf Narasi
Paragraf Narasi ialah paragraf yang bertujuan untuk
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah
mengalami kejadian tersebut.
Contoh Paragraf Narasi:
Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama
sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. Aku dan seluruh
keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk mengadakan liburan keluarga.
Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai Parangtritis. Pagi-pagi aku telah
berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya diperlukan. Sepanjang
perjalanan, aku iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa senangnya aku ketika
sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai Parangtritis
dengan senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi favoritku.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air
dan aku ayunkan ke mukanya. Dengan canda tawa, kami saling berbalasan. Puas
rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di sana,
aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang
indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan disana. Hari pun mulai
sore menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela rasanya kebahagiaan ini
akhirnya selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.
2. Paragraf Deskripsi
Paragraf Deskripsi adalah merupakan paragraf yang
bertujuan menggambarkan sebuah objek nyata agar pembaca seolah-olah melihat
sendiri objek yang di gambarkan itu.
Contoh Paragraf Deskripsi :
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan
elok pantai Parang Tritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih
berganti menyambutku serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir
putih lembut yang menghampar luas tanpa ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang
menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa
memandang air laut sejauh mata memandang, pandai dengan bukit berbatu, pesisir
serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Kurasakan dingin
membasuh kakiku karena ombah menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika
bibirku terkena percikan. Seperti apa yang aku lihat, pantai ini memang sangat ramai pengunjung. Tak pernah sunyi pantai Parang Tritis.
3. Paragraf Eksposisi
Menjelaskan atau memaparkan tentang sesuatu dengan tujuan
member informasi (menambah wawasan).
Contoh:
Parangtritis adalah nama desa di kecamatan Kretek, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini terdapat pantai Samudera Hindia yang
terletak kurang lebih 25 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis
merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai
lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai
keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain
ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai,
gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh
pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar
yang menjajakan souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang
disebut parang wedang konon air di pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandung
belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari
parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain
pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak. Di Parangtritis ada juga
ATV, kereta kuda & kuda yang dapat disewa untuk menyusuri pantai dari timur
ke barat. selain itu juga parangtritis sebagai tempat untuk olahraga
udara/aeromodeling.
4. Paragraf Argumentasi
Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan
disertai bukti dan fakta.
Contoh:
Pantai Parangtritis memang memiki keindahan eksotis yang
membuat wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering menelan korban. Yang
disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja menganggap peristiwa
tersebut berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan Ratu Pantai Selatan
meminta tumbal. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut. Para
praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah
wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current.
Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik tidak hanya kuat,
tetapi juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam tidak ada kaitannya
sama sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto, Komandan SAR Pantai
Parangtritis, juga menambahkan bahwa disepanjang Pantai Parangtritis juga
banyak terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu berpindah-pindah dan
sulit diprediksi. Kondisi inilah yang sering banyak menimbulkan korban mati
tenggelam.
- SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
Suatu paragraf dianggap bermutu dan efektif apabila
mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya, jika paragraf tersebut lengkap,
artinya mengandung pikiran utama dan pikiran penjelas. Di samping itu sama
halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun
syarat-syarat tersebut antara lain :
1. Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal (satu maksud). Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal (satu maksud). Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
"Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi."
Apabila paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian berasal dari keluarga biasa terganggu oleh ekonomi
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
"Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi."
Apabila paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian berasal dari keluarga biasa terganggu oleh ekonomi
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
2. Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut
harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu
terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk
paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan.
Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada
sesuatu yang menghambat atau kejanggalan yang memisahkan sebuah kalimat dari
kalimat lainnya, atau tidak membingungkan bagi pembaca.
Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri dan tidak berhubungan dengan yang lain atau masing-masing dengan gagasannya sendiri dan bukan suatu uraian yang berhubungan.
Pendeknya suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya.
Koherensi suatu
paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
3. Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutanruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dan dengan detail fakta.
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutanruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dan dengan detail fakta.
- KALIMAT TOPIK DAN PELETAKANNYA
Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan dan
tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan dan
tulis hampir tidak berbeda. Dalam mengemukakan pendapat diperlukan rumusan ide
pokok yang jelas dan ide pendukung yang memadai. Mengemukakan pendapat secara
tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara pengaturan ide
pokok dan ide pendukung yang baik.
Menempatkan Kalimat Topik di Awal (Deduktif).
Kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf. Pola menempatkan kalimat topik di awal paragraf ini merupakan cara pengungkapan gagasan secara deduktif. Artinya, ide yang penting (pokok) ditempatkan di awal dan diikuti oleh penjelas. Letak kalimat topik di awal dapat mempermudah pembaca dalam menemukan ide pokok paragraf. Letak kalimat topik yang demikian itu membantu dalam membaca jenis skimming, skipping, dan scanning. Peletakan kalimat topik pada awal kalimat itu sangat menguntungkan para pembaca. Dengan cara seperti itu, pembaca dapat cepat menangkap ide sentral paragraf. Setelah itu, pembaca hanya mengikuti bukti-bukti yang memperkuatnya.
Kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf. Pola menempatkan kalimat topik di awal paragraf ini merupakan cara pengungkapan gagasan secara deduktif. Artinya, ide yang penting (pokok) ditempatkan di awal dan diikuti oleh penjelas. Letak kalimat topik di awal dapat mempermudah pembaca dalam menemukan ide pokok paragraf. Letak kalimat topik yang demikian itu membantu dalam membaca jenis skimming, skipping, dan scanning. Peletakan kalimat topik pada awal kalimat itu sangat menguntungkan para pembaca. Dengan cara seperti itu, pembaca dapat cepat menangkap ide sentral paragraf. Setelah itu, pembaca hanya mengikuti bukti-bukti yang memperkuatnya.
Menempatkan Kalimat Topik di Akhir (Induktif).
Mengemukakan gagasan dapat diawali dengan contoh-contoh atau bukti. Contoh-contoh itu digunakan untuk memberikan gambaran awal dan kemudian diikuti oleh sebuah kalimat simpulan. Kalimat simpulan inilah yang disebut kalimat topik.
Mengemukakan gagasan dapat diawali dengan contoh-contoh atau bukti. Contoh-contoh itu digunakan untuk memberikan gambaran awal dan kemudian diikuti oleh sebuah kalimat simpulan. Kalimat simpulan inilah yang disebut kalimat topik.
- POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pola pengembangan paragraf dibagi menjadi beberapa bagian
antara lain adalah :
1. Pola pengembangan paragaf
deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang diawali
dengan hal-hal yang bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang
bersifat khusus. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal
paragraf
2. Pola Pengembangan Paragaf
Induktif,
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai
dengan hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif
kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraf induktif
dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
a. Generalisasi, Paragaraf yang
dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
contoh:
Gelombang cinta merupakan salah satu jenis anthurium yang
mempunyai harga mahal. Jenmani juga merupakan anthurium yang banyak
dicari karena harganya yang fantastis. Selain karena harganya, jenmani dicari
penggemar tanaman hiasa karena keindahan daunnya. Tidak hanya jenmani dan
gelombang cinta yang dicari penggemar tanaman hias, namun semua
jenisanthurium ikut diburu penggemar tanaman hias karena memiliki harga
yang tinggi
b. Analogi, Paragraf yang
dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki
kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
Contoh:
Gelombang cinta dapat dilihat dari gelombang daunnya.
Indahnya gelombang cinta sama seperti gelombang air. Semakin banyak gelombang
yang dihasilkan daunnya, semakin indah pula gelombang cinta. Begitu juga dengan
gelombang air, semakin bergelombang air semakin indah untuk dinikmati. Dengan
demikian, indahnya gelombang cinta dan air terletak pada gelombang yang
dihasilkan.
c. Sebab-akibat, Paragraf yang
dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam paragraph ini akibat
bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya
sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Gelombang cinta memiliki daun yang bergelombang, harga
gelombang cinta juga tinggi. Tidak hanya itu, kepopuleran gelombang cinta
membuat orang ingin memilikinya. Tidak heran banyak orang ingin
membudidayakan gelombang cinta.
d. Akibat-sebab, Paragraf yang
dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam paragrap ini sebab
bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya
akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di
luar took. Mereka juga berdesak-desakan di dalam took. Mereka ada yang duduk,
ada yang berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan Koran.
Mereka rela mengantre karena harga gelombang cinta di toko itu sangat murah.
3. Pola Pengembangan Paragraf
Campuran,
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat
utama. Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang
dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi.
4. Pola pengembangan paragraf
Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya
tersebar di seluruh bagian paragraf.
5. Pola pengembangan paragraf
Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya
terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
Contoh :
Seminggu
menjelang hari raya Idul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai
dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak
mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari
raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya
kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk
meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini,
terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.
SUMBER:
Komentar
Posting Komentar